Translate

Sunday, December 9, 2018

IKAN GAR (Atractosteus, Lepisosteus)

IKAN GAR


Gar adalah jenis ikan primitif keturunan dari ikan palenoniscoids, yang sudah ada sejak 200 tahun yang lalu. Terdapat sekitar tujuh jenis spesies ikan gar, di Indonesia dikenal dengan nama ikan Alligator gar, nama tersebut sebetulnya adalah nama populer dari satu jenis ikan gar. 

Uniknya ikan ini merupakan salah satu di antara tujuh jenis ikan berbahaya yang tidak boleh masuk ke wilayah Indonesia. Harga ikan gar dipasaran ukuran 4.5-5.0 cm sekitar 10.000-15.000 Rupiah, dan ukuran mencapai 50-60 cm 1.500.000-2.000.000 Rupiah. Paling mahal adalah pada jenis ikan gar yang memiliki kelainan warna/pigmen sehingga ikan ini berwarna putih, biasa disebut Alligator Gar platinum dengan harga mencapai 50.000.000 Rupiah.

Baca juga : Ikan Arapaima (Arapaima Gigas)

primitivefishes.com

KLASIFIKASI IKAN GAR (Nelson (1994)):
Subphylum : Vertebrata (Craniata)
Superclass : Gnathostomata
Grade : Teleostomi
Class : Actinopterygii
Subclass : Neopterygii
Infraclass : Neopterygii 
Division : Ginglymodi
Order : Semionotiformes 
Famili : Lepisosteidae
Genus : Atractosteus Rafinesque 1820: 171 Lepisosteus Lacepede 1803: 331.


CIRI-CIRI IKAN GAR :

Ikan gar mudah dibedakan dari jenis lainnya dari moncongnya yang panjang dengan gigi-gigi runcing di rahang, serta dari sisik berbentuk intan yang tidak saling bertumpu. Ikan gar digolongkan dalam ikan primitif karena dijumpai beberapa ciri ikan primitif yaitu :
  1. bersisik ganoid (rata-rata ikan yang hidup saat ini berisik stenoid atau sikloid).
  2. bentuk gelembung renangnya seperti paru-paru yang berguna untuk membantu dalam pernafasan.
  3. tulang ekor yang heterocercal (namun dari luar nampak membulat).
Bentuk tubuh ikan gar bulat memanjang seperti torpedo. Sirip pungung dan sirip anal letaknya jauh di bagian belakang tubuh. Sisiknya tebal berbentuk wajik yang tidak saling bertumpu. Usus ikan gar mempunyai katup spiral yang mengambarkan sistem pencernaan primitif seperti yang dijumpai di hiu. Ikan gar juga memiliki gelembung renang yang mempunyai sistem pernafasan dan berhubungan dengan kerongkongan. Struktur ini memungkinkan ikan gar untuk meneguk udara, yang membantu sebagai pernafasan udara fakultatif. Hal inilah yang memungkinkannya untuk dapat tetap bertahan hidup di perairan dengan kadar oksigen yang sangat rendah.


Alligator gar merupakan jenis yang terbesar, tumbuh mencapai panjang dua meter, berat sekitar 45 kg. Namun dilaporkan ada yang mencapai 150 kg, panjang mencapai tiga meter. 


HABITAT :

Ikan gar mempunyai beberapa nama popular, terutama jenis A. spatula yang penyebarannya cukup luas. Ikan ini dikenal dengan nama Gar, Garfish, Garpike, Gater Gar, namun nama populernya dalam Bahasa Inggris adalah Alligator Gar, Gator, Greater Gar, dan keberadaannya di Sungai Mississippi membuatnya dikenal dengan nama Mississippi Alligator Gar. Di beberapa negara Eropa ikan ini dikenal dengan nama Catan, Gaspar Baba, Pejelagarto dan Marjuari (Spanyol), Garpigue Alligator (Perancis), Alligatorpansergedde (Danish), Alligatorbengadda (Swedia), Keihasluuhauki (Finlandia), dan Kostlin Obrovsky (Ceko).


JENIS-JENIS :

Di dunia ini ada tujuh spesies ikan gar, yaitu:
  1. Atractosteus spatula, dikenal dengan nama Alligator Gar.
  2. Lepisosteus osseus, dikenal dengan nama Longnose Gar.
  3. L. Oculatus, dikenal Spotted Gar.
  4. L. platostomus, dikenal dengan nama Shortnose Gar.
  5. L. platyrhinchus, dikenal dengan nama Florida Gar.
  6. A. tropicus, dikenal dengan nama Tropical Gar.
  7. A. tristoechus, dikenal dengan nama Cuban Gar.

Jenis-jenis Ikan Gar

Perbandingan ukuran Ikan Gar (hiko-hermawan.blogspot.com)


PAKAN :

Pakan yang disukainya di alam adalah ikan, terutama jenis ‘catfish’. Bila tidak ada, gar juga mau memakan krustasea dan unggas air atau jenis burung lainnya, mamalia kecil, kura-kura. untuk pemeliharaan Ikan Gar bisa diberikan ikan kecil, udang, ayam (ukuran ikan alligator 50 cm) dan kepiting.



REPRODUKSI :

Ikan gar betina biasanya mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dibanding jantan. di alam liar Ikan Gar memilih perairan yang deras pada saat akan memijah. Satu ekor betina dibuahi oleh 4 jantan, yang segera pergi begitu pemijahan selesai, jantan lebih banyak tinggal di tepian sungai atau danau  Telurnya yang berwarna hijau bersifat toksik, yang bisa mengakibatkan penyakit.

Ikan Gar termasuk ikan yang lamban pertumbuhannya. Betina mencapai kematangan kelamin sejak umur kurnag lebih 11 tahun, dan dapat mencapai umur 50 tahun. Berbeda pada Ikan jantan matang kelamin pada umur yang lebih muda yaitu enam tahun, namun umurnya lebih pendek, sekitar 26 tahun. Ikan jantan mempunyai ukuran dan tubuh lebih kecil dari betinanya.

Kematangan gonad ikan ini memerlukan waktu yang cukup  lama dan biasanya dicapai setelah setelah ikan berukuran besar. Induk betina yang sudah benar-benar matang gonad, perutnya membesar sampai ke arah anus. Induk betina yang sudah siap memijah akan memiliki warna urogenital yang merah. Sementara jantan yang sudah mencapai kematangan gonad, biasanya diurut dari bagian dada kearah ujung ekor akan mengeluarkan cairan sperma berwarna putih. Tanda inilah dapat digunakan untuk membedakan antara induk jantan dan betina dengan mudah.


PROSES PEMIJAHAN :

Wadah dan Alat untuk sarana pemijahan  yang bisa digunakan antara lain :

a. Wadah pemijahan

Kepadatan di kolam induk umumnya 1 ekor /2 m2. Oleh karena itu. Pemijahan biasanya dilakukan di akuarium berukuran 120 cm x 60 cm x 50 cm. Akuarium tersebut dapat diisi dengan seekor induk betina berukuran 50 cm dan 3 ekor induk jantan berukuran lebih kecil. Sementara untuk akuarium yang berukuran 200 cm x 70 cm x 70 cm, dapat dipelihara sebanyak 2 ekor induk betina dan 4 ekor induk jantan.

b. Alat pemijahan

Peralatan pemijahan yang digunakan untuk kelengkapan pemijahan di antaranya plastik hitam, serokan, ember, baskom dan tali rafia.


SELEKSI INDUK

Sebelum dipijahkan, induk jantan dan betina harus dipuaskan (diberok) terlebih dahulu dan diadaptasikan terhadap lingkungan yang baru. Pemuasan dan adaptasi tersebut dapat mengurangi stres dan meningkatkan sensivitas hormon. Induk perlu diberi pakan yang teratur dan beragam jenisnya agar diperoleh gizi yang seimbang.

Kepadatan ikan di dalam suatu wadah dapat memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan gonad ikan. Kepadatan yang rendah agak kurang baik karena akan mudah mengalami stres. Pada pemeliharaan calon induk di kolam yang permukaannya relatif luas, aerasi tidak diperlukan asal pergantian air bagus. Bila pemeliharaan dilakukan di akuarium dengan permukaan terbatas, kepadatan penebaran relatif tinggi, dan pergantian air kontinu maka sebaiknya aerasi diberikan.


PEMIJAHAN BUATAN

Ikan alligator tidak dapat dibiakkan secara alaimiah di dalam wadah budidaya. maka dari itu, ikan gar menggunakan cara lain dalam pengembangbiakannya, yaitu dengan memberikan hormon. Pengembangbiakan ini biasa disebut kawin suntik atau kawin rangsang (induced breeding).

a. Penyuntikan hormon

Beberapa praktisi akuakultur sudah berhasil membiakan ikan aligator sejak beberapa tahun lalu. Hormon yang pernah digunakan bermacam-macam, mulai dari hipofisis ikan mas, HCG, sampai Humogen. Akan tetapi tampaknya paling cocok ialah oviprim berisi a-LHRH dan antidopamin. Penyuntikan dilakukan dua kali. Suntikan pertama diberikan sebanyak 30% dari dosis dan suntikan kedua diberikan sebanyak 70% . Suntikan pertama bertujuan untuk menyeragamkan pematangan, sedangkan suntikan kedua untuk mendorong ovulasi. Suntikan pertama dikenal sebagai prepatory injection (suntikan persiapan) dan suntikan kedua dikenal sebagaidecisive injection (suntikan penentu). Adapun rentan waktu antara suntikan pertama dengan suntikan kedua adalah 13 jam, tergantung suhu air. Pada suhu yang tinggi, rentan waktu tersebut diperpendek menjadi 8-10 jam.

b. Cara pemijahan

Ovulasi pemijahan sudah dapat terjadi pada tujuh jam setelah penyuntikan kedua. Tingkah laku pemijahan  dialam pada prinsipnya sama untuk ikan buaya. Pertama seekor betina yang berukuran besar dan siap memijah akan menyelinap masuk ke dalam kumpulan jantan dan membentuk kelompok kecil. Induk jantan kemudian mendekati betina dan mendorongnya memijah dengan merangsang ujung hidungnya. Setelah itu, betina memisahkan diri dari kelompoknya untuk meletakkan telur. Proses pemijahan tersebut berlansung dengan mengeluarkan suara percikan dan bunyi kapakan sirip di air.


INKUBASI DAN PENETASAN

Inkubasi dan penetasan  dilakukan didalam akuarium terpisah. Penetasan telur ikan buaya berlangsung lama. Biasanya telur menetas dalam 6-8 hari setelah pemijahan. Ujung ekor tampak mulai mencuat pada hari kedua, tetapi penetasan yang sempurna baru terjadi padea 6-7 hari setelah penetasan. Selanjutnya, telur yang telah menjadi larva menghabiskan kuning telur selama seminggu. Setelah itu, larva mulai memakan pakan yang berasal dari luar tubuhnya. Setelah menetas, larva menempel ke tanaman air dengan alat seperti cakram pada ujung moncongnya sampai berukuran panjang tiga per empat inci. Organ tersebut kemudian menghilang ketika ikan tumbuh dewasa.


PERAWATAN LARVA

Setelah embrio menetas seluruhnya menjadi larva, dilakukan pergantian air. Air yang digunakan harus sudah berada di dalam tandon selama 24 jam dan diaerasi. Tujuannya agar air pengganti memiliki kualitas yang sama dengan media hidup larva.

Untuk pemeliharaan 40 ekor ikan aligator sampai berukuran 1 inci, digunakan akuarium berukuran 50 cm x 50 cm x 40 cm. bila ukuran ikan telah mencapai 2 inci, akuarium yang sama masih dapat digunakan dengan kepadatan 20 ekor per akuarium. Namun, bila ikan alligator berukuran 3 inci, jumlah ikan alligator dalam akuarium sebaiknya hanya 15 ekor. Setelah lewat dari 4 inci, pemeliharaan sebaiknya dilakukan di dalam bak berukuran besar atau di kolam pemeliharaan yang banyak pakan alaminya.

Perawatan larva ikan ini harus dilakukan dengan seksama karena larva masih berukuran kecil dan kondisinya masih lemah. Walaupun ikan  buaya yang berukuran besar memiliki alat  pernapasan tambahan, ikan buaya yang berukuran larva sampai 3 inci masih memerlukan aerasi, ikan akan lemah, mudah mengalami stress, kemudian akan mati. Perkembangan alat pernapasan tambahan pada ikan alligator merupakan salah satu faktor yang perlu diteliti dalam dunia budidaya ikan.

Pemberian artemia dilakukan sampai larva berumur seminggu. Larva ikan alligator berukuran besar sehingga harus diberi kutu air (Daphnia Sp). Pemberian larva ikan harus diselingi dengan cacing. Tujuannya adalah untuk menghemat biaya karna harga cacing jauh lebih murah dari harga larva ikan.
Meskipun ikan ini tergolong ikan yang tahan terhadap lingkungan yang buruk, pergantian air harus tetap dilakukan. Tujuannya agar air pengganti memiliki kualitas yang sama dengan media hidup anak ikan dan frekuensi pergantian air bergantung pada jenis dan jumlah pakan yang digunakan.


PENYAKIT

Gangguan penyakit adalah hal yang tidak diinginkan oleh peternak ikan. dapat dibayangkan, bila jerih payah memelihara selama beberapa bulan habis dalam sehari oleh penyakit. Penyakit umumnya timbul setelah ikan mengalami stress. Agar ikan sehat, sebaiknya hindari stress pada ikan peliharaan.

1. Stress

Secara sederhana stress dapat dikatakan sebagai suatu kondisi saat ikan mengalami tekanan secara fisiologis. Adapun penyebab ikan stress bermacam-macam, seperti penanganan ikan secara kasar, kondisi lingkungan buruk, adanya ikan lain yang agresif, dan sebagainya. Bila tingkat stress yang dialami ringan, ikan dapat pulih kembali. Namun bila tingkat stress yang dialami terlampau berat, ikan tidak dapat menahannya dan akan mengalami penurunan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.

2. Penyakit

Adapun penyakit yang sering menyerang ikan gar diantaranya disebabkan oleh cacing jangkar dan jamur.

a. Cacing jangkar (Lernea)

Walaupun disebut cacing jangkar, parasit ini sebernarnya disebabkan oleh sejenis udang renik dari kelas kopepoda. Serangan ditandai dengan adanya sosok cacing jangkar yang menempel pada badan ikan. jenis cacing jangkar betina dapat dikenali dengan mudah karena menempel di permukaan kulit ikan. ukuran cacing tersebut dapat mencapai 10 mm.

Serangan cacing jangkar lebih banyak terjadi pada ikan yang dipelihara di kolam, terutama kolam dengan pergantian air yang buruk. Penyebabnya adalah adanya ikan pembawa parasit cacing jangkar adalah ikan seribu. Cacing jangkar dapat menyerang seluruh permukaan tubuh. Parasit ini dapat dijumpai di badan, sirip, insang, dan bahkan mata ikan. Cacing jangkar tersebut membenamkan bagian kepalanya yang berbentuk jangkar ke dalam tubuh jaringan ikan. selanjutnya, ikan yang ditempeli cacing jangkar akan menggosokkan bagian tubuhnya ke suatu permukaan. Akibatnya, pada bagian kulit yang terserang akan berwarna merah dan terbentuk benang putih kehijauan yang merupakan reaksi inflamasi dari daerah yang terserang.

Untuk ikan yang telah terserang, pengobatan dapat dilakukan secara manual. Ikan yang terserang cacing jangkar tersebut diangkat, lalu ditempatkan pada kain yang lembab. Cacing jangkar kemudian ditarik dengan pinset. Setelah itu, bekas luka dioles kapas yang telah dicelupkan anti bakteri seperti betadin, merkurokrom, dan sebagainya. Selanjutnya ikan dimasukkan di air bersih pada bak perawatan agar tidak terinfeksi oleh bakteri.

b. Jamur (Saprolegnia)

Saprolegnia adalah sejenis jamur yang paling sering menyerang ikan dan telur ikan yang sedang ditetaskan. Adanya serangan jamur ini ditandai dengan munculnya serat-serat berwarna putih seperti kapas pada bagian permukaan telur atau tubuh ikan. Serangan saprolegnia biasanya muncul pada saat suhu rendah pada media budi daya banyak mengandung bahan organik. Penangannya harus segera. Bila tidak ditangani secara seksama, serangan jamur dapat menjalar ke seluruh permukaan tubuh seperti sirip, mulut, mata, dan insang. Penyerangan jamur dapat secara cepat sehingga dalam beberapa jam seluruh telur dapat terinfeksi.

Serangan jamur dapat dicegah dengan pemberian metilen biru seminggu sekali dengan dosis 2 ppm. Untuk pengobatan ikan yang terkena serangan diambil dari akuarium. Ikan akan mampu bertahan di luar air selama 1-2 menit. Selanjutnya, jamur pada bagian tubuh ikan dioles dengan kapas yang telah dibasahi metilen biru, betadin, atau merkuokrom. Setelah diobati, ikan yang sakit dipisahkan di dalam wadah khusus sampai ikan tersebut sembuh. Untuk pengobatan pada ikan yang masih kecil dilakukan sama dengan pencegahan, yaitu dengan perendaman ikan di dalam 2 ppm metilen biru.



REFERENSI :

bahasikan.com
mazoin.files.wordpress.com
ilhamgreenpiece.blogspot.com



No comments:

Post a Comment